Headlines

mualaf

Event

Culture


Conveniently located just only a few minutes away from unique Bali gift shops along Seminyak Street, Bali Deli and famous Sunset Road, Villa Kim is also a 20 minute drive away from Ngurah Rai International Airport and a 5 minute driving distance to the closest Seminyak beach and 10 minutes to Kuta-Legian area.

Villa Kim boasts of a huge open living room and dining area overlooking the pool with plenty of natural light, surrounded by tropical gardens and stone fixtures bringing a tranquil ambiance.

Villa Kim has 4 air-conditioned bedrooms with luxurious en-suite bathrooms and shower. Two bedrooms have king size beds while the other two bedrooms boast of twin single beds – perfect for a large family.

Moreover, Villa Kim also features a private swimming pool with a wood deck floor, hot and cold water, fully equipped modern kitchen design, flat screen TV in all bedrooms and living room, free Wi-Fi internet connection and a maid’s room.

Facilities:

Private swimming pool (wood deck floor)
Air conditioned bedrooms
Two bedroom with King size bed & two bedroom with twin single beds
Hot and cold water
Flat screen TV in all bedrooms and living room
Free WI-FI internet connection
Fully equipped modern kitchen design
Granite floor
Luxurious en-suite bathroom and shower
Huge open living room and dinning area
Maid room
Safety deposit box
Security service from 7pm - 7am

Services:

Laundry service (additional charge)
Doctor on call
Tours, car and motorbike rental
Daily staff/maids
In villa massage
On call baby sitter (additional charge)

Note :
Rate Inclusion Daily Breakfast Return transfer Welcome drink and fresh towel upon arrival

Villa Poppy was totally refurbished & redecorated in August 2004 and is a comfortable, private traditional Balinese style home with fantastic open plan living set on 950 m2 of land amongst beautiful gardens & pool area.

Decorated in an eclectic mix of modern & traditional Balinese touches, the house is a secluded piece of paradise only a few steps from all the action on Jalan Dyana Pura & Jalan Raya Seminyak.

All three indoor/outdoor bathrooms are beautifully decorated with terrazzo. The two new ensuite feature garden views and the master bathroom is dominated by a huge shell – shaped bathtub.

There are three large air-conditioned & mosquito-netted bedrooms with king, queen & twin beds.

The property has 4 dedicated staff who treat Villa Poppy like their own home. They will ensure your stay is stress-free, enjoyable & safe.

Facilities:

24 hours security.
Sleeps 6 – 3 air-conditioned bedrooms with indoor/outdoor bathrooms.
Beautiful lush tropical landscaped gardens.
L-type private swimming pool.
Cable TV with more than 38 channels, DVD and stereo system.
Fully equipped kitchen and staffed.
Free laundry service.
Telephone.
Safe deposit box.

Staff:

2 House maids/cooks.
1 Gardener.
1 Night security officer.


Low Season:
Min. stay : 2 nights
January 11 - June 30 (excluding Easter period)
September 16 - December 15


High Season:
Min. stay : 7 nights
Easter week
July 1 - September 15
December 16 - January 10
by Rick Cavelli
With the help of technology and transportation, numerous regions of the world are accessible through the luxury of travel. Whether by plane, automobile, or boat, more travelers are reaching vast distances. Through preparation, planning, and perhaps most importantly, a strong sense for adventure, there are few limitations as to where we can travel. From snow covered mountain peaks in the Himalayas to outer reefs in Indonesia, it’s up to each traveler to choose their method to reach their final destination. When recalling a travel experience, rarely is the destination the highlight of the memory. It’s the people you meet, food you eat, and things you learn along the way that make the trip one of a kind.

Navigating the world allows one to experience different customs, beliefs, and values. These experiences give way to insight and set the stage for future paths and decisions. Geography, art, religion, and history are worldly goods that a traveler experiences first hand while on their journey. With nearly 195 countries worldwide, each has different laws, beliefs, and methods of living life. Through immersion, observation, and understanding, a traveler has the opportunity to live, breathe, and taste the diversity of different cultures.

With the right attitude and mindset, one can learn more from traveling than they would from many other educational experiences. Speak the language, taste the food, use public transportation, and engage with the locals. By fully immersing oneself, you gain the most out of the experience. The result of traveling is further self-discovery, better understanding of our world, and a gained perspective of life and what’s truly important.

Taking the step of breaking away from daily routine and venturing into the unfamiliar is the first part of the process. By seeing new places and trying new things, a spark ignites for adventure that teaches one to expand their horizons and think outside the box. Regardless of distance traveled, exposure to different cultures and landscapes create a further sense of understanding for the world we live in.

As a surf instructor with Surf Camp, I have been fortunate enough to travel through multiple countries while teaching surfing and sharing my love for the Ocean. The friends I meet and experiences I gain along the way enrich my life. They shape my outlook on life and further develop my passion for exploration. From lucid blue waters in the British Virgin Islands, to blazing sunsets over the Pacific in Costa Rica, each location is unique, containing its own beauty. When I travel, I feel most alive. My focus is on the present as I break the mold of uniform routine. Every moment brings new faces, landscapes, cuisine, and opportunities for learning. Each time I return home with new friends, memories, and a fresh perspective on life.

Choose a surf travel vacation and embark on a journey that will open your mind and body to new experiences, knowledge, skills, friends, cultures, and appreciations.
Cafe Jepun terletak di kawasan Sanur yang selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun manca. Meskipun bernama Cafe Jepun, bukan berarti cafe ini menyediakan masakan Jepang. Cafe ini justru menawarkan berbagai macam menu Indonesia dan Asia seperti risoto, cap cay, dan mie. Cafe ini juga menyediakan beberapa hidangan yang harus Anda coba. Letaknya tidak jauh dari Resto Massimo dan Apa Kabar Resto.

Selain makanan, cafe ini juga menyediakan berbagai macam minuman yang terbuat dari kopi, salah satunya adalah Espresso dan Capuccino, ada juga kopi lainnya yang menjadi favorit para tamu. Tidak hanya itu, setiap malam ada hiburan live music yang akan menemani santap malam kita. Jam buka pukul 10.00 - 22.00 WITA.
Taman Ayun diterjemahkan sebagai taman yang indah. kolam yang luas disekeliling pura dulunya sering dipakai oleh dayang-dayang puri kerajaan dengan perahu kecil. kolam ini pula yang ternyata aga menyulitkan gw waktu mencari angle tuk mengabadikan kecantikan pura ini, karena dikelilingi pagar dan tidak boleh dilewati. Taman ayun terletak di desa Mengwi Badung, sekitar 18 km barat laut Denpasar (atau 25 menit jika berkendaraan).Mengutip pemaparan sebuah sumber, Pura Taman Ayun dibangun pada abad 17 (konon dibangun tahun 1634) oleh raja pertama Kerajaan Mengwi Tjokerda Sakti Blambangan dengan arsitek yang berasal dari cina. Awalnya pura ini didirikan karena pura2 yang saat itu tersedia jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. Pura Taman Ayun dibangun dengan tiga fungsi. pertama sebagai Pura penyawangan/pengayatan sehingga masyarakat Mengwi yang ingin sembahyang ke pura2 besar seperti Besakih, Batukaru, dan Batur cukup datang ke pura ini. kedua, sebagai pemersatu dari masyarakat dengan beberapa garis keturunan yang sama2 beribadah ditempat ini. dan ketiga pura ini memiliki fungsi ekonomi karena kolam yang mengelilingi pura jg dipakai sebagai air irigasi untuk mengairi sawah2 di sekitar pura. keberadaan pura ini, oleh masyarakat dan pemerintah setempat diajukan ke The World Heritage Center (UNESCO) untuk dijadikan salah satu world heritage / warisan budaya dunia, dimana hasilnya dapat diketahui sekitar Feb 2007 � Juni 2008.
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Filosofi

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat bersemayamnya Tuhan, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
  1. Sistem pengetahuan,
  2. Peralatan hidup dan teknologi,
  3. Organisasi sosial kemasyarakatan,
  4. Mata pencaharian hidup,
  5. Sistem bahasa,
  6. Religi dan upacara, dan
  7. Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

Objek penelitian

Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali.
Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.

Artikel disunting dari wikipedia